5 PERKARA PENGHALANG KESHOLEHAN
Oleh : Agung Kurniawan
Sahabat
Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata “andaikan tidak ada lima keburukan di
dunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima keburukan itu
adalah
1) merasa senang dengan kebodohan.
2) tamak dengan dunia.
3) bakhil
dengan kelebihan harta.
4) beramal disertai riya’ dan
5) selalu merasa bangga
diri di atas yang lainnya”
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ
مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ
بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى
أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ
وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى وما أمروا
الاليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذلك دين
القيمة
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Marilah
di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan
diri dari kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Karena
dengan demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang yang saleh
Jama’ah
Jum’ah Rahimakumullah
Apa
yang hendak disampaikan khatib pada khutbah kali ini sebenarnya berasal dari
satu pertanyaan asasi. Manakah sebenarnya yang lebih dulu ada di dunia ini,
kegegelapan lantas disusul dengan terang. Ataukah terang yang kemudian
dinodai dengan kegegelapan?
Dalam
sebuah perkataanya sahabat Ali Karaamallhu Wajhah pernah berkata “andaikan
tidak ada lima keburukan didunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh
semua. Kelima keburukan itu adalah
1) merasa senang dengan kebodohan.
2) tamadk
dengan dunia.
3) bakhil dengan kelebihan harta.
4) riya’ dalam beramal dan
5)
membanggakan diri”. Dalam teks arabnya berbunyi demikian:
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ لَوْلَا خَمْسَ خِصَالٍ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِيْنَ اَوَّلُهَا
اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ
وَالرِّياَ فِى الْعَمَلِ وَالْإعْجَابُ بِالرّأيِ
Demikian
keterangan Sayyidina Ali tentang lima hal yang merusak susunan masyarakat
muslim sehingga terjebaklah mereka dalam kenistaan. Sebagaimana akan
diterangkan satu persatu dibawah ini.
Pertama,
merasa senang dengan kebodohan, artinya
adalah membiarkan diri bahkan merasa nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah
agama. Sebagaimana banyak terjadi pada muslim masa kini di perkotaan yang tiap
harinya disibukkan dengan urusan bisnis dan bermacam pekerjaan demi mencapai
cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman cukup dipasrahkan saja kepada para
ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan. Entah untuk berdoa, untuk ditanya
ataupun sekedar dijadikan teman curhatnya.
Tidak
ada dalam dirinya keinginan belajar dengan sungguh-sungguh apa itu Islam dan
bagaimana seharusnya menjadi muslim yang baik. Tidak pernah ingin tahu cara
shalat dan wudhu yang benar. Mereka sudah puas dengan pengetahuan yang
didapatnya dari teman atupun dari meniru tetangga. Paling-paling belajar
keislamannya didapat dari tayangan televisi pada kuliah subuh dan dalam
broadcast- broadcast semacamnya.
Memang
itu tidak salah, tapi semua itu menunjukkan ketidak seriusan keislaman mereka
dibandingkan dengan keseriusannya belajar ilmu pengetahuan atupun kesibukannya
mengurus berbagai urusan dunia. Orang seperti ini seharusnya mengingat pesan
Rasulullah saw:
اللهُ يَبْغَضُ كُلَّ
عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ رواه الحاكم
Allah
membenci orang yang pandai dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan
akhirat.
Ma’asyiral
Mukminin Rahimakumullah
Kedua,
tamak dengan dunia dan ketiga bakhil dengan kelebihan harta, kedunya merupakan pasangan yang selalu terkait bagaikan
dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang tamak dan merasa
kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan berlaku bakhil
dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.
Dalam
kesempaatan lain Rasulullah saw pernah menyinggung tentang ketamakan. Beliau
berkata yang artinya bahwa mencintai harta adalah sumber segala kecelakaan dan
keburukan. Baik keburukan fisik maupun mental. Mari kita bersama-sama
berintropeksi diri mengapa diri ini seringkali masuk angin gara-gara terlalu
sering di jalan demi mengejar satu pekerjaan. Betapa para pebisnis itu sering
kali keuar masuk rumah sakit berganti-ganti penyakit karena komplikasi yang
disebabkan kurangnya perhatian dalam mengurus diri dan lebih suka mengejar
materi. Meskipun ini bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan pada semua
orang, tetapi minimal menjadi pelajaan bagi kita yang mengerti. Betapa kecintaan
dan ketamakan dunia selalu membawa petaka. Belum lagi petaka mental yang
merusak negeri ini. Korupsi, kolusi dan juga kebiasaan berbohong demi citra
diri semua bermuara pada satu kata ‘tamak terhadap dunia’. Untuk hal ini khatib
lebih baik tidak banyak komentar karena semua jam’ah telah mafhum adanya.
Rasulullah
saw pernah bersabda:
الزّهْدُ فِى الدُّنْيَا
يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالبَدَنَ وَالرُّغْبَةُ فِيْهَا تُتْعِبُ اْلقَلبَ
وَاْلبَدَنَ رواه الطبرانى
Zuhud
(tidak suka) dunia sangat menyenangkan hati dan badan. Sedangkan cinta dunia
sangat melelahkan hati dan badan.
Demikianlah
bahwa kebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak sistemik yang tidak
terhindarkan dari ketamakan dunia. Dan kebakhilan pasti akan menjauhkan
seseorang dari Allah, surga dan sesama manusia. Itu artinya kesalehan bagi
orang yang bakhil adalah angan-angan belaka. Dan jikalau ada keselahan di sana
pastilah itu hanya kesalehan yang semu. Karena hadits Rasulullah tentang
kebakhilan yang menjauhkan seseorang dari Allah dan surga serta manusia sesama
adalah hadits Shahih.
Para
Jama’ah yang Dirahmati Allah
Keempat,
riya dalam beramal. Riya’
adalah pamer yaitu melakukan satu amal ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan
pujian dari manusia. Atau dengan bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan
dengan mengharapkan nilai dunia dengan pekerjaan akhirat. Rasulullah saw
menegaskan bahwa riya termasuk dalam kategori syirik kecil (as-syirikul asyghar) dalam
salah satu sabdanya “sesungguhnya sesuatu yang sangat saya khawatirkan atas
dirimu adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR.Ahmad).
Disebut
demikian karena perwujudan riya yang sangat halus dan tidak kentara. Adanya
hanya dalam hati. Tidak ketahuan di dalam tindakan diri. Para sufi
mengibaratkan halusnya riya seperti semut hitam yang merayap di atas batu keras
warna hitam di tengah pekat malam. Begitu halusnya riya hingga seringkali
mereka yang terjangkit penyakit ini seringkali tidak sadar.
Fudhail
bin Iyadh seorang sufi pernah mencoba menjabakan tentang riya dengan bahasa
keseharian katanya: ”jika
datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku merapikan jenggotku dengan kedua
belah tanganku, maka aku benar-benar merasa khawatir kalau dicatat dalam
kategori orang-orang munafik”
Demikianlah
hendaknya segala apa yang dilakukan manusia disandarkan kepada Allah swt. Tidak
hanya semata mempertimbangkan kepentingan manusia. Apalagi jika berhubungan
dengan amal ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an, zakat dan lainnya maka
Allah swt mengancam mereka yang mendustainya dengan neraka Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ حَرَّمَ
الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ
Sesungguhnya
Allah swt mengharamkan surga bagi orang yang riya.
Dan
kelima, adalah ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna dibandingkan dengan
yang lain. Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan pada lahirnya
kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah yang tidak boleh
ada dalam diri manusia.
Demikianlah
lima hal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dapat menghalangi
seseorang menjadai seorang yang saleh.
Demikianlah
khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang
mendalam, bagi kita semua amin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ
فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ
الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
No comments:
Post a Comment