Sunday, January 24, 2016

Kajian tentang ASWAJA, Wahabi dan Syiah





AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH, WAHABI DAN SYI’AH


BAB I

AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

            Ahlussunnah wal jama'ah (ejaan lain, ahlussunah wal jamaah, ahlussunnah waljama'ah; Arab, ِأهل السنة والجماعة) atau Sunni adalah salah satu aliran utama dan mayoritas dalam Islam. Aliran lain adalah Syiah. Ahlussunnah wal jama'ah juga menjadi sebuah nama dalam Islam yang menjadi rebutan setiap gerakan Islam Sunni dari dulu sampai sekarang. Setiap gerakan mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah wal jama'ah. 

1.      PENGERTIAN DAN DEFINISI AHLUSSUNNAH WALJAMAAH

            Ahlussunnah Wal Jamaah adalah aliran Islam terbesar yang prinsip dasar ideologinya adalah Al-Quran dan hadits Nabi yang sahih sebagai sumber utama Islam dan menjadikan fiqih madzhab empat (Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hanbali) sebagai pedoman syariah. Meyakini legalitas Khulafaur Rasyidin yang empat yang pertama yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Talib dan mempercayai atas keadilan seluruh Sahabat Nabi.


2.      DALIL TENTANG AHLUSSUNNAH

            Awal dari istilah Ahlussunnah Waljama'ah adalah hadits sahih riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim berikut:

افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: من كان على مثل ما أنا عليه وأصحابي. وفي بعض الروايات: هي الجماعة

Artinya:
            Umat Yahudi menjadi 71 golongan. Nasrani terpecah menjadi 72 kelompok. Umat ini (Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka kecuali 1 (satu) golongan (yang selamat). Nabi ditanya, "Siapa dia ya Rasulullah?" Nabi menjawab, "Yaitu golongan yang seperti aku dan para Sahabatku." Dalam sebagian riwayat, "Dia adalah jamaah."

LIMA PILAR ISLAM

Lima pilar Islam berasal dari hadits Abu Hurairah bahwa pilar pokok Islam itu ada lima di mana orang yang melakukannya disebut muslim dan muslimah. Kelima pilar tersebut adalah:

·         Dua syahadat: bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah Utusan Allah.
·         Mendirikan shalat 5 waktu.
·         Memberikan zakat setiap tahun; zakat mal dan zakat fitrah.
·         Puasa bulan Ramadan
·         Haji ke Baitullah apabila mampu

 (RUKUN) IMAN
Seorang muslim harus meyakini enam pilar keimanan. Yaitu: 
·         Iman atau percaya pada Allah
·         Iman pada Malaikat Allah
·         Iman pada seluruh kitab samawi yang diturunkan pada Nabi Muhammad dan Nabi-nabi terdahulu.
·         Iman pada para Rasul sebelum Muhammad
·         Percaya pada Hari Akhir (kiamat)
·         Percaya pada takdir baik dan buruk

3.               SIAPA MAKSUD HADITS 73 GOLONGAN HANYA 1 YANG SELAMAT

           Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan 1 golongan yang selamat itu. Menurut Imam Syatibi dalam kitab Al-I'tisham ada 5 (lima) pendapat dalam hal ini:

1.   Assawadu al-a'dzam (السواد الأعظم) yaitu kalangan para mujtahid, para ulama, ahli syariah yang mengamalkan ilmunya, dan orang-orang yang selain mereka masuk ke dalamnya karena mengikuti dan diikuti.

2.   Para ulama mujtahid yang menjadi panutan. Yang dimaksud adalah para ulama tingkat mujtahid yang mengikuti Al Quran dan sunnah. Syatibi berkata, "Barangsiapa yang keluar dari ulama imam,maka dia akan meninggal dalam keadaan jahiliyah (kebodohan)."

3.      Para Sahabat Nabi secara khusus. 

4.      Keempat, golongan (jamaah) ahli Islam. Apabila mereka sepakat atas suatu perkara maka wajib bagi yang lain untuk mengikuti. 


5.               AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH (ASWAJA) MENURUT NU (NAHDLATUL ULAMA)

              Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) menyingkat istilah ahlussunah wal jama'ah dengan ASWAJA. Menurut NU, pengertian ASWAJA seperti dijabarkan oleh KH. Hasyim Asy'ari (1287-1336 H)--salah satu pendiri NU--dalam kitab Ziyadat Ta'liqat hal. 23-24, adalah sebagai berikut: "Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqh. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi saw. dan sunnah Khulafaur Rosyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-Firqoh al-Najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu madzhab Hanafi, Syafii, Maliki dan Hanbali." 
             
              Selain itu, ASWAJA versi NU juga berarti, "kaum yang menganut kepercayaan yang dianut oleh Nabi Muhammad Saw.dan para sahabatnya.Kepercayaan Nabi dan sahabat-sahabatnya itu telah termaktub dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi secara terpencar-pencar, yang kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama besar, yaitu Abu al-Hasan al-Asy’ari (260-324 H).
              Intinya, ahlussunah wal jama'ah menurut NU adalah kelompok umat Islam yang secara syariah (fiqih) mengikuti ijtihad salah satu madzhab yang empat. Sedang secara konsep tauhid mengikuti ijtihad Imam al-Asy'ari dan Imam al-Maturidi. (Murtadha al-Zabidi dalam kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, II/6)


6.               AHLUSSUNNAH MENURUT WAHABI

Aliran Wahabi atau Wahabi Salafi adalah aliran baru yang lahir di Arab Saudi. Golongan ini secara tata cara fiqih menganut madzhab Hanbali walaupun tidak diakui secara eksplisit. Karena itu, dalam soal syariah Wahabi tidak berbeda dengan NU. Yang membedakan mereka dari kelompok lain dalam Islam Sunni adalah doktrin tauhid hasil "racikan" pendirinya Muhammad bin Abdul Wahhab dan ekstrimitasnya dalam menyikapi perbedaan dengan golongan lain dalam Islam baik itu dari kalangan Sunni atau Syiah. Mereka menganggap bahwa yang patut menyandang ahlussunnah wal jama'ah adalah hanya mereka. Dengan kata lain, hanya mereka yang selamat sedang yang lain masuk neraka.


BAB II

WAHABI

            Daftar nama ulama Wahabi Salafi, kitab buku dan situs/blog-nya. Secara umum, tokoh utama ulama Wahabi/Salafi adalah ulama yang berdomisili di Arab Saudi dan menduduki posisi jabatan resmi tertentu di Kerajaan atau di universitas-universitas Arab Saudi seperti Ummul Qura, Universitas Islam Madinah, Universitas Ibnu Saud, dll. 

            Santri dan ulama Indonesia perlu mengetahui ini agar tidak salah dalam mengutip pendapat mereka baik yang berbahasa Arab atau Indonesia. Karena, banyak buku-buku mereka yang diterbitkan dan diterjemahkan di Indonesia.

1.                  CIRI KHAS ULAMA DAN ULAMA WAHABI

1)      Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar pada

1.      bid'ah
2.      syirik
3.      kufur
4.      syiah rafidlah kepada kelompok Islam atau muslim lain yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering menemukan salah satu dari 4 kata itu dalam setiap fatwa mereka.

2)      Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan langsung berijtihad sendiri dengan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau, kalau mengutip fatwa ulama, mereka akan cenderung mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya, mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi. Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama Wahabi. 

3)      Tokoh atau ulama Wahabi Salafi level kedua ke bawah akan cenderung menjadikan fatwa tokoh Salafi level pertama sebagai salah satu rujukan utama. Atau kalau tidak, akan memberi fatwa yang segaris dengan ulama Wahabi level pertama. 

4)      Kalangan ulama atau tokoh Wahabi Salafi tidak suka atau sangat jarang mengutip pendapat ulama salaf seperti ulama madzhab yang empat dan yang lain kecuali madzhab Hanbali yang merupakan tempat rujukan asal mereka dalam bidang fiqih walaupun tidak mereka akui secara jelas. Hanya pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim yang sering dikutip untuk pendapat ulama di atasnya Muhammad ibnu Abdil Wahhab terutama dalam bidang yang menyangkut aqidah.

5)      Di mata ulama Wahabi, perayaan keislaman yang boleh dilakukan hanyalah hari raya idul fitri dan idul adha. Sedangkan perayaan yang lain seperti maulid Nabi Muhammad, peringatan Isra' Mi'raj dan perayaan tahun baru Islam dianggap haram dan bid'ah. 

6)      Gerakan-gerakan atau organisasi Islam yang di luar Wahabi Salafi atau yang tidak segaris dengan manhaj (aturan standar ideologi) Wahabi akan mendapat label syirik, kufur atau bid'ah.

7)      Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi Salafi. Sampai terbukti sebaliknya.

8)      Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat) ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati taklid kepada pendapat dan fatwa ulama-ulama Wahabi Salafiatau fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta' (اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء والدعوة والإرشاد) dan lembaga serta ulama-ulama yang menjadi anggota Hai'ah Kibaril Ulama (هيئة كبار العلماءyang nama lengkapnya adalah Ar-Riasah al-Ammah lil Buhuts wal Ifta' (الرئاسة العامة للبحوث العلمية والإفتاء).

9)      Pengikut/aktivis sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu menyebut para ulama Wahabi dengan awalan Syekh dan kadang diakhiri dengan rahimahu-Llah atau hafidzahulLah. Seperti, Syeikh Utsaimn, Syeikh Bin Baz, dll. Tapi, menyebut ulama-ulama lain cukup dengan memanggil namanya saja.

10)  Ulama Wahabi Salafi utama (kecuali Nashiruddin Albani yang asli Albania) mayoritas berasal dari Arab Saudi dan bertempat tinggal di Arab Saudi. Oleh karena itu, mereka umumnya memakai baju tradisional khas Arab Saudi yaitu  :

·         gamis/jubah warna putih
·         sorban merah
·         surban putih
·         maslah yaitu jubah luar tanpa kancing warna hitam atau coklat yang biasa dipakai raja. Lihat baju luar yang dipakai Abdul Wahab dan Al-Utsaimin.

           Oleh karena itu, saat kita membaca buku, kitab atau browsing di internet, tidak sulit menengarai pada fatwa ulama non-Wahabi, mana fatwa yang berasal dari Wahabi Salafi dan mana tulisan sebuah website atau blog yang penulisnya adalah pengikut Wahabi.

           Sayangnya, tidak sedikit dari kalangan awam yang terkadang tidak sadar bahwa fatwa agama dalam buku atau situs internet yang mereka baca berasal dari fatwa Wahabi Salafi. Semoga dengan informasi ini, para pencari informasi keagamaan akan semakin tercerahkan. 

           Intinya, cara termudah mengetahui apakah seorang ulama, ustadz atau tokoh agama atau orang awam biasa itu berfaham Wahabi Salafi adalah dari (a) latar belakang pendidikannya; (b) buku atau kitab yang dikutip; dan (c) cara memanggil ulama Wahabi dan ulama non-Wahabi (lihat poin 9).


2.                  ASAL MULA NAMA WAHABI

Sebagian pengikut Wahabi tidak mau gerakan mereka disebut dengan Wahabi. Mereka lebih senang dipanggil dengan julukan Salafi, Ahlul Hadits atau Ahlut Tauhid. Istilah Wahabi atau Wahabiyah diberikan oleh para ulama Ahlussunnah yang mengeritik ideologi Wahabi. Banyak buku-buku dalam bahasa Arab yang ditulis oleh para ulama terkemuka yang menyebut secara gamblang gerakan ini dengan sebutan "Al-Wahabiyah." Lihat daftar kitab di bawah ini yang khusus menulis tentang gerakan Wahabi:

·                     الوهابية: تشوه الإسلام وتؤخر المسلمين (Paham Wahabi Merusak Islam dan Membuat Muslim Terbelakang) ditulis oleh Muhammad Al-Ghazali, ulama berpengaruh Mesir.
·                      الرد علي الوهابية (Penolakan pada paham Wahabiyah) ditulis oleh Sulaiman bin Abdul Wahab yang merupakan saudara kandung Muhammad bin Abdul Wahab sendiri.
·                     هذه هي الوهّابيّة (Ini dia Gerakan Wahabi) oleh Muhammad Jawad Mugniyah
·                     الوهابيون و فريضة القرصنة (Para Wahabi dan Tugas Membajak)
·                     الصواعق الإلهية في الرد علي الوهابية (Petir Ilahi dalam Menolak Paham Wahabi)
·                     خطر الوهابية (على الأمة الإسلامية) للدكتور أحمد عبد الرحيم السايح (Bahasa Wahabi pada Umat Islam)
oleh Muhammad Abdurrahim
·         سامي الوهابية قاسم أمين المليجي. (Apa itu Wahabi)
·          الخطر الوهابي ثلاث رسائل ضد الوهابية - عبد الله بن محمد بن راشد (Bahaya Wahabi: Tiga Makalah Melawan Wahabi)
·         الوهابية - حامد ألكار 
·          الحسين والوهابية: دراسة تحليلية لاخلاقيات الامام الحسين وعقائد ومواقف الوهابية - جلال معاش
·          الحركة الوهابية: قراءة نقديه تحليلية - مصطفى سدحان (Gerakan Wahabi: Analisa Kritis)
·         الموسوعة الوهابية والشيعة الأمامية: قراءة نقدية - محمد شوقي (Ensiklopedi Wahabi dan Syiah Imamiyah)
·         الشوكانية الوهابية: تيار مستجد في الفكر العربي الحديث - عبد العزيز قائد
·          الفرقة الوهابية في خدمة من؟ - السيد ابو العلي (Gerakan Wahabi Melayani Kepentingan Siapa?)
·          الرد على الوهابية في القرن التاسع عشر: نصوص الغرب الإسلامي نموذجا ً- الرديسي
·            الأجوبة النجفية في الرد على الفتاوى الوهابية - أسعد كاشف الغطاء

              Lihat daftar lengkapnya kitab yang mengeritik Wahabi dan menyebut gerakan ini dengan kata Wahabi atau Harakah Wahabiyah di http://www.fatihsyuhud.org/2013/04/radd-ala-wahabiyah.html#2

              Kesimpulan: Istilah Wahabi bagi gerakan yang dibuat oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah nama yang populer dan disematkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jamaah. Nama "Wahabi" jauh lebih populer daripada nama yang mereka buat seperti "Salafi" atau istilan lainnya.



3.            WAHABI BUKAN AHLUSUNNAH WALJAMAAH

        Terdapat perbedaan ulama apakah kaum Wahabi termasuk dari golongan Ahlussunnah Wal Jamaah atau bukan. Menurut Dr. Ali Syuaibi menyatakan bahwa Wahabi tidak termasuk golongan Ahlussunnah Waljamaah walaupun mereka mengklaim sebagai pengikut madzhab fiqih Hanbali (Hanabilah). Islamtimes.com melaporkan pernyataan Dr. Ali:

يوضح الدكتور علي الشعيبي أن أغلب المسليمن المعاصرين لا يعرفون أن الوهابية ليست من أهل السنة والجماعة ولو أنهم قالوا أنهم حنابلة كما أنهم لا يعلمون أن السلفية ليسوا من أهل السنة والجماعة
Artinya:
            Dr. Ali As-Syuaibi menjelaskan bahwa kebanyakan umat Islam dewasa ini tidak tahu bahwa kaum Wahabi bukanlan termasuk Ahlussunnah wal Jamaah walaupun mereka mengaku sebagai pengikut madzhab Hanbali sebagaimana umat Islam tidak tahu bahwa kaum Salafi bukanlah Ahlussunnah Waljamaah. Selengkapnya lihat: http://goo.gl/wtKTNd



2.            GERAKAN WAHABI DI INDONESIA 

                 Gerakan Wahabi di Indoensia terbagi menjadi 2 (dua) kelompok. Kelompok pertama, orang-orang yang menerima dakwah Muhammad bin Abdil Wahhab, namun melakukan usaha modifikasi, baik sedikit, separuhnya, atau sebagian besarnya. Ciri utama mereka adalah modifikasi pesan dakwah Muhammad bin Abdil Wahhab. 

                 Kelompok Pertama ini disebut Neo-Wahabi. Organisasi masyarakat di Indonesia yang masuk dalam kategori kelompok neo-Wahabi pertama adalah Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Pada tahun 1980-an dan 1990-an muncul gelombang baru neo-Wahabi yaitu kelompok tarbiyah yang kemudian berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)[1]

                  Dan Salafi jihadi yang berada dalam lingkaran Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir serta murid-murid mereka berdua. Neo-Wahabi kedua ini merupakan hasil usaha kampanye program-program yang dilakukan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang dimulai pada dekade 1970-an.
                 Khusus tentang Salafi Jihadi (the Jihadist) dikenallah istilah alumni Afghanistan yakni mereka yang pernah ikut berperang di Afghanistan melawan Uni Soviet. Di bawah pengaruh Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar sebagian alumni Afghanistan ini muncul gerakan neo-Khawarij yang mengafirkan orang-orang di luar mereka—termasuk pemerintah Indonesia—dan menyebarkan kebencian terhadap pihak penguasa di Indonesia. Dari kelompok ini sebagian teroris pengeboman berasal.

3.            KELOMPOK KEDUA: WAHABI MURNI.

                 Yaitu orang-orang yang merespon positif dakwah tersebut dan menerima secara bulat tanpa usaha memodifikasinya. Mereka menerima dakwah dan berusaha menyebarkannya di lingkungan-lingkungan mereka.

                 Yayasan Al-Muntada didirikan oleh Muhammad bin Surur bin Nayef Zainal Abidin. di London dan Jam’iyyah Ihya At-Turats Al-Islamiyah didirikan oleh Abdurrahman Abdul Khaliq di Kuwait adalah kelompok baru neo-Wahabi. Di Indonesia Yayasan As-Shafwah yang dipimpin oleh Abu Bakar M. Altway dan Yayasan Al-Haramain adalah cabang dari kedua yayasan yang berpusat di London dan Kuwait tersebut. 

                 Tokoh dai terkenal dari yayasan Al-Haramain adalah Abdul Hakim Abdat di Jakarta, Yazid bin Abdil Qadir Jawwas di Bogor, Ainul Harits di Jawa Timur dan Abu Haidar di Bandung.
Sedang Jam’iyyah Ihya At-Turats Al-Islamiyah juga memiliki cabang di Indonesia. Mereka mendirikan pesantren-pesantren yang tersebar di Jawa, seperti Ma’had Jamilurrahman dan Islamic Centre Bin Baaz di Yogyakarta, Ma’had Al-Furqan di Gresik dan Ma’had Imam Bukhari di Solo. Mereka yang berasal dari kedua yayasan tersebut disebut Sururi.


[1] . Seorang aktifis HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) keberatan saya memasukkan HTI pada golongan Neo Wahabi dan menanyakan sumber pengambilan pustakanya. Saya jelaskan bahwa pernyataan itu saya kutip dari buku Nur Khalik Ridwan berjudul Doktrin Wahhabi dan Benih-Benih Radikalisme Islam (Tanah Air, 2009). Menurutnya, HTI dan Wahabi justru berseberangan dari segi manhaj aqidah dan syariah. Saya cantumkan email aktifis tersebut sebagai hak jawab sbb: Saya kira akan lebih bijak dan sudah selayaknya, ketika akan menganalisa atau mengkritiki sebuah gerakan/kelompok/madzhab, merujuk langsung ke kitab-kitab yang dijadikan acuan gerakan/kelompok/madzhab yang bersangkutan. Kitab-kitab hizbut tahrir bisa diakses di hizb-ut-tahrir.info, karena kebanyakan buku-buku yang dijadikan rujukan juga tidak merujuk secara langsung ke sumber aslinya. Di beberapa buku, hizbut tahrir justru mengkritiki sepak terjang kaum wahabi bersama (raja) su'ud dengan bantuan Inggris dalam pemisahan diri dari daulah Islam (sebagaimana termaktub dalam kitab kaifa hudimat al khilafah, http://shamela.ws/rep.php/book/4145). Dalam penarikan sumber dalil dalam masalah aqidah, juga tampak perbedaan antara pemahaman wahabi dengan hizbut-tahrir (sebagaimana termaktub dalam kitab Asy Shakhsyiyyah Al Islamiyyah jilid I, http://hizb-ut-tahrir.info/info/files/Books-ar/Shakhsiyyah_1_20.01.2013.pdf).


WAHABI MENURUT ULAMA

            Gerakan Wahabi Salafi--yang dikenal dengan ideologi takfir (mengkafirkan, mem-bid'ah-kan, men-syirik-kan sesama muslim)-- adalah gerakan yang mengklaim dirinya sebagai gerakan pemurnian akidah (tauhid) dan mengikuti langkah ulama terdahulu atau ulama salaf. Karena itu gerakan ini disebut dengan berbagai nama seperti Wahhabi merujuk pada nama pendirinya Muhammad bin Abdul Wahhab, Ahli Tauhid dan Salafi atau Wahabi Salafi. Di dunia Arab, mereka lebih sering disebut dengan istilah harakatul Wahhabiyah As-Saudiyah (حركة الوهابية السعودية) atau gerakan Wahabi Arab Saudi karena memang didirikan dan berpusat di Arab Saudi.

            Banyak ulama non-Wahabi yang memberi nilai negatif pada gerakan ini. Tidak mengherankan, karena gerakan ini tidak memiliki sikap kompromi dan tidak pernah menilai positif kecuali kepada dirinya sendiri. Dan banyak label kurang sedap dialamatkan pada gerakan yang pendanaan penyebarannya didukung penuh oleh kerajaan Arab Saudi ini. Sebutan itu antara lain seperti "gerakan militan", gerakan ekstrim, ideologi teroris, neo-Khawarij sampai gerakan sesat.

Berikut beberapa pendapat ulama Sunni non-Wahhabi kontemporer terhadap Wahabi Salafi:

·         Dr. Ali Jumah, mufti Mesir mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan militan dan teror.[1]
·         Dr. Ahmad Tayyib, Syekh al-Azhar mengatakan bahwa Wahabi tidak pantas menyebut dirinya salafi karena mereka tidak berpijak pada manhaj salaf.[2]

·          Dr. Yusuf Qardawi, intelektual Islam produktif dan ahli fiqh terkenal asal Mesir, mengatakan bahwa Wahabi adalah gerakan fanatik buta yang menganggap dirinya paling benar tanpa salah dan menganggap yang lain selalu salah tanpa ada kebenaran sedikitpun.[3]

·         Gerakan Wahabi di Ghaza, menurut Qardawi, lebih suka memerangi dam membunuh sesama muslim daripada membunuh Yahudi.[4]

·         Dr. Wahbah Az-Zuhayli (وهبة الزحيلي), mufti Suriah dan ahli fiqh produktif, menulis magnum opus ensiklopedi fiqh 14 jilid berjudul Al Muwsuatul Fiqhi al-Islami (الموسوعة الفقه الإسلامي ) . Az-Zuhayli mengatakan seputar Wahabi Salafi (yang mengafirkan Jama'ah Tabligh): "mereka [Wahabi] adalah orang-orang yang suka mengkafirkan mayoritas muslim selain dirinya sendiri."[5]

·         KH. Agil Siradj, ketua PBNU, mengatakan dalam berbagai kesempatan melalui artikel yang ditulisnya, wawancara tv, dan seminar bahwa terorisme modern berakal dari ideologi Wahabi.[6]

·         Syekh Hisyam Kabbani, ketua tariqah Naqshabandi dunia, mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan neo-Khawarij.Yaitu aliran keras yang menghalalkan darah sesama muslim dan terlibat dalam pembunuhan khalifah ke-3 Utsman bin Affan.[7]

·         Syekh Muhammad Al-Ghazali, ulama berpengaruh Mesir, termasuk salah satu pengeritik paling keras gerakan Wahabi. Dalam kitabnya yang berjudul "Al Wahhabiyah Tusyawwihul Islam wa Tuakhirul Muslim" (Wahabi menistakan Islam dan membuat muslim terbelakang) Al-Ghazali menuangkan sejumlah kritikan pada Wahabi baik yang ditulis oleh dirinya sendiri maupun yang dikutip dari ulama dan intelektual Mesir yang lain. 

·         Al-Ghazali antara lain menyatakan: Agama yang diserukan oleh sekelompok suku Baduwi ini (maksudnya Muhammad bin Abdul Wahab) adalah agama lain yang berbeda dengan agama Islam yang kita ketahui dan kita muliakan.

BAHAYA GERAKAN WAHABI SALAFI BAGI UMAT ISLAM

           DR. Ahmad Abdur Rohim As-Sayih dalam bukunya Khatrul Wahabiyah alal Ummatil Islamiyah menulis bahwa sejumlah fatwa dan ideologi Wahabi merupakan penghinaan terhadap Islam dengan mengkafirkan pengikut madzhab Islam yang lain dan meremehkan pendapat para ulama besar yang bertentangan dengan pendapat pendiri madzhab Wahabi Muhammad bin Abdul Wahab. Apa yang terkandung dari pendapat mereka menunjukkan bahwa Wahabi adalah bentuk baru dari gerakan Khawarij yang muncul pada awal Islam.

           Mufti Mazhab Syafi'i dan ketua dewan pengajar di Makkah pada masa Sultan Abdul Hamid, Syekh Zaini Dahlan, dalam bukunya yang berjudul Addurar as-Saniyah fir Raddi alal Wahabiyah menyatakan pada halaman 46: "Muhammad bin Abdul Wahab berkata: 'Saya mengajak kalian pada Tauhid dan meninggalkan syirik pada Allah. Dan semua hal yang berada di bawah lapis langit yang tujuh adalah musyrik secara mutlak. Siapa yang membunuh seorang musyrik maka ia masuk surga" Muhammad bin Abdul Wahab dan golongan Wahabinya menghakimi muslim lain sebagai kafir dan menghalalkan darah dan harta mereka.

BAB III

SYIAH

            Syiah atau Shia atau Shi'ah (Arab, الشيعة) adalah aliran terbesar kedua setelah Sunni atau 
Ahlussunnah Wal Jamaah (disingkat ASWAJA) dalam Islam. Aliran Syiah disebabkan atau ditimbulkan oleh ketidakpuasan sebagian kalangan atas suksesi kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah. Bagi kalangan ini, penerus estafet kepemimpinan Islam pasca Nabi hendaknya keturunan Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib. Bukan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

1.      SEJARAH ALIRAN SYIAH

            Syiah secara bahasa bermakna golongan, firqoh, jama'ah, atau pengikut.
Dalam terminologi sosilogis, Syiah adalah golongan terbesar kedua setelah 
Sunni. Golongan ini disebut juga dengan Syiah Ali atau pengikut/pendukung Ali bin Abu Talib khalifah ke-4 Islam, sekaligus sepupu dan menantu Nabi Muhammad. Cikal bikal aliran Syiah timbul setelah terjadinya perbedaan dalam masalah penerus kepemimpinan setelah wafatnya Nabi khususnya dan sistem suksesi kepemimpinan dalam Islam secara umum. Artinya perbedaan itu lebih bersifat politis daripada ideologis.

            Namun, pada perkembangan berikutnya, perbedaan itu semakin melebar dan meliputi ranah ideologis dan hukum fiqih. Dengan tidak mengakuinya mereka pada 3 (tiga) khalifah pertama Islam yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka mereka juga tidak mengakui hadits-hadits yang berasal dari mereka dan pendukungnya. Karena itu, Persamaan Sunni dan Syiah hanya satu: mereka berpegang pada satu kitab suci yaitu Quran. Sedang kitab-kitab hadits utama seperti sahih Bukhari, Muslim, Anu Daud, dll tidak dijadikan sandaran kalangan Syiah.

            Saat ini populasi kaum Syiah sekitar 154 sampai 200 juta orang atau sekitar 13% dari jumplah total umat Islam. Yang terbanyak adalah aliran Syiah Imamiyah/Itsna Asyariyah kemudian disusul oleh Syiah Ismailiyah dan Zaidiyah.

2.      CIRI KHAS ALIRAN SYIAH

Ciri khas atau fitur utama dari aliran Syiah dapat disimpulkan dalam poin-poin berikut:
·         Penerus Nabi adalah yang sebenarnya adalah keturunan Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib yang lalu diteruskan oleh putranya yaitu Hasan bin Ali.
·         Tidak percaya dan mengecam kepemimpinan Khulafa'ur Rosyidin yang selain Ali yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman.
·         Berpegang teguh pada Quran yang sama dengan Sunni. Tapi, penafsiran dari Quran itu sendiri diserahkan penuh pada ulama-ulama mereka.
·         Doktrin Imamah
·         Ulama Syiah dianggap pengganti Nabi dalam arti memiliki otoritas untuk memberi fatwa dan penafsiran Quran yang tidak harus sesuai dengan teks eksplisit ayat Quran.

3.      FAKSI DALAM SYIAH

Sebagaimana dalam aliran Sunni, ajaran Syiah juga terdiri dari beberapa faksi atau sub-kelompok sebagai berikut:

1). SYIAH IMAMIYAH ITSNA ASYARIYAH

            Syiah (Shiah) Imamiyah Itsna Atsariyah adalah aliran Syiah terbesar saat ini. Mereka umumnya berada di Iran (90%), Irak (65%), Bahrain (70%), Lebanon 65%), Azerbaijan (85%).

            Syiah Imamiyah Itsna Asyariah (Imam Dua Belas) disebut juga dengan Syiah Imami atau Syiah Ja'fari (dari nama Imam ke-6, Ja'far al-Shadiq). Istilah Imam Dua Belas ini berasal dari doktrin bahwa kelompok ini percaya bahwa ke-duabelas Imam mereka adalah pemimpin yang suci dan mendapat otoritas langsung dari Allah. Poin terakhir ini yang membedakan Syiah dengan Sunni. Bagi Sunni, pemimpin setelah Nabi adalah manusia biasa yang tidak memiliki hubungan kontak langsung dengan Tuhan. Dalam Sunni pemimpin ideal dipilih karena kualitas kepemimpinannya bukan keturunannya.

Ke-12 Imam yang dimaksud dalam Syiah Imamiyah adalah :
·         Ali bin Thalib
·         Hasan bin Ali
·         Husein bin Ali
·         Zainal Abidin
·         Muhammad al-Baqir
·         Ja'far al-Sadiq
·         Musa al-Kadzim
·         Ali al-Rida
·         Muhammad al-Taqi
·         Ali al-Hadi
·         Hasan al-Askari
·         Muhammad al-Mahdi.
           
            Kitab fiqih yang dipakai adalah Fiqih Ja'fariyah. Rukun Syiah Imamiyah ada 10 yaitu shalat, puasa, haji, zakat, jihad, mengajak kebaikan (amar makruf), mencegah kemunkaran (nahi munkar), zakat 20% atau 1/5 setelah dipotong biaya rumah tangga dan niaga, mencintai mereka yang berada di jalan Tuhan dan menjauh dari mereka yang menentang Tuhan.

2). SYIAH ISMAILIYAH

            Syiah Isma'iliyah adalah pecahan dari Syiah Imamiyah. Nama Ismailiyah berasal dari penerimaan kelompok ini pada Isma'il bin Ja'far sebagai Imam suci penerus Ja'far al-Sadiq. Selain itu, Syiah Ismailiyah berbeda dengan Syiah Imamiyah karena perbedaan salah satu imam di mana Syiah Ismailiyah menganggap ismail bin Ja'far sebagai Imam, bukan Musa Al-Kadzim seperti kepercayaan Syiah Imamiyah.

Rukun akidah Syiah Ismailiyah ada 7 yaitu Syahadah (seperti Syahadatnya Sunni plus penyebutan Ali), Wilayah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Jihad. Pengikut Syiah Ismailiyah umumnya berada di Iran dan India, Pakistan, Bangladesh.

3). SYIAH ZAIDIYAH

            Syiah Zaidiyah adalah aliran Syiah kedua terbesar setelah Syiah Imamiyah. Nama Zaidiyah berasal dari nama Zaid bin Ali. Zaidiyah percaya pada 5 (lima) Imam karena itu disebut juga dengan Syiah Lima. Tapi ada juga Zaidi Wasitis yang percaya pada Imam Dua Belas. Mayoritas pengikut Syiah Zaidiyah berada di Yaman. Sekitar 45% penduduk Yaman pemeluk Zaidiyah.

4.      PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETIGA ALIRAN SYIAH

            Persamaan antara ketiga aliran Syiah di atas adalah mereka percaya pada 4 (empat) Imam yang pertama walaupun Zaidiyah menganggap bahwa Imam kelima adalah Zaid ibn Ali. Selain itu, menurut Zaidiyah semua keturunan Hasan bin Ali atau Husein bin Ali dapat menjadi Imam apabila memenuhi sejumlah persyaratan.


5.      PANDANGAN ULAMA SUNNI TENTANG AJARAN SYIAH 

Ada dua pendapat di kalangan ulama Islam tentang apakah apakah ajaran Syiah termasuk sesat atau tidak. Sebagian besar ulama menyatakan Syiah adalah muslim dan tidak sesat sebagian yang lain seperti MUI Jatim memfatwakan bahwa Syiah adalah sesat dan menyesatkan.


6.      PENDAPAT BAHWA SYIAH ADALAH MUSLIM DAN TIDAK SESAT

            Mayoritas Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Sunni), tidak menganggap Syi’ah itu sesat. Mereka adalah bagian dari umat Islam.  Di antara yg berpendapat demikian adalah: Yusuf Qaradhawi, Mufti Mesir Ali Jum’at, Syekh Al Azhar Tantawi, Habib Rizieq Syihab, Din Syamsuddin, Hasyim Muzadi, Quraisy Syihab, Said Agil Siradj, dll.


7.                  PENDAPAT BAHWA SYIAH ADALAH AJARAN SESAT

            Ulama Wahabi Salafi Arab Saudi menyebut Syiah Itsna Asyariyah sebagai Syiah Rafidlah/Rafidhah dan sesat bahkan kafir. Berikut fatwa-fatwa Ulama Wahabi Salafi tentang Syiah 
·         Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz 
·         Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Lihat, http://goo.gl/Xs0ar)
·         Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin
·    Adil Al-Kalbani, Imam masjid Makkah Al-Mukkarromah menganggap orang Syiah sebagai kafir (lihat, http://goo.gl/XlnFz).
·   Al-Arifi dalam khutbah Jum'at-nya menilai Syiah sebagai mengandung elemen agama Majusi (Zoroaster) (lihat, http://goo.gl/5Lo8z)
·         MUI Jawa Timur menganggap bahwa ajaran Syiah adalah ajaran sesat.
           
            Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur telah mengeluarkan Keputusan Fatwa tentang Kesesatan Ajaran Syi’ah. Keputusan itu ditetapkan di Surabaya, 21 Januari 2012, ditandatangani oleh Ketua Umum MUI Prov Jatim, KH. Abdusshomad Buchori dan Sekum Drs. H Imam Tabroni, MM. 

            MUI Jawa Timur mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN. 

            Sementara, MUI Pusat tidak menganggap Syiah sebagai sesat namun harus diwaspadai karena gerakan dakwahnya di kalangan Sunni yang agresif dapat memicu konflik.


8.      MUI TENTANG PERBEDAAN SYIAH-SUNNI

            Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada bulan Maret 1984, MUI atau Majelis Ulama Indonesia dalam rekomendasinya mengatakan bahwa perbedaan Sunni dan Syiah adalah sebagai berikut:

a)      Syiah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak membeda-bedakan—asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu Musthalah Hadist.

b)      Syiah memandang "imam" itu maksum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).

c)      Syiah tidak mengakui ijma' tanpa adanya "imam", sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah mengakui ijma' tanpa mensyaratkan ikut sertanya "imam".

d)     Syiah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jamaah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan ke-imamahan-an adalah untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentingan umat.

e)      Syiah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan. Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jamaah mengakui keempat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib).



[1] . لكننا لم نر من السلفيين الحاليين سوى التشدد والإرهاب والتعصب والدم "Yang saya lihat dari [Wahabi] Salafi hanyalah [gerakan] ekstrim, teror, fanatik dan [haus] darah." Lihat detailnya:

[3] . هو التعصب له ضد الأفكار الأخري وهو قائم علي المذهب الحنبلي، ولكنهم لا يرون ولا يؤمنون إلا برأيهم فهم يعتبرون أن رأيهم صواب لا يحتمل الخطأ، ورأي غيرهم خطأ لا يحتمل الصواب Lihat detail: www.libyan-national-movement.org/article.php?artid=2630
[4] . Lihat wawancaranya dengan tv Al Jazeera di: www.youtube.com/watch?v=y2NcYwEqX7M
[5] . الذين يكفرون كما يكفرون أغلب المسلمين غيرهم.
[6] . Lihat antara lain "Wahabi Mengajarkan Kekerjasan" di: syamsuri149.wordpress.com/2011/12/18/ketua-pbnu-kh-said-agil-siradj-wahabi-mengajarkan-kekerasan/ Dalam artikel tersebut dijelaskan ada 12 yayasan yang didanai Arab Saudi untuk menyebarkan ideologi Wahabi Salafi.
[7] . Kabbani mengatakan, "Belakangan ini, beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau “salafî” sebagai kelompok yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama yang bisa dikenali dari kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini. Mereka kelompok yang senang menghantam orang-orang Islam dengan tudingan kafir, bidah, syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran selain dari hawa nafsu mereka sendiri, dan tanpa memberikan solusi selain dari sikap tertutup dan kekerasan terhadap siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka. " Lihat lebih detail: http://groups.yahoo.com/group/Cahaya-Hati/message/2905

1 comment:

  1. Mohon maaf aku ingin pertayaan mengaji buku termasuk usaha aswaja

    ReplyDelete